WISUDA STAJ XXXII Thn. 2014: "MENJADI MURID KRISTUS SEJATI" Oleh: Pdt. Samuel Jianto


PROGRAM VISIONER
Selama ini ada banyak kesalahpahaman tentang Teologi. Teologi adalah pengetahuan tentang Allah, sehingga tak hanya pendeta yang berteologi, namun juga ibu-ibu rumah tangga yang menceritakan kasih Allah pada anaknya maka ia sedang berteologi, anak sekolah Minggu yang menceritakan Yesus pada temannya juga disebut berteologi. Siapapun yang menceritakan Allah pada orang lain bisa disebut berteologi. Sehingga, dengan belajar teologi kita akan dapat menceritakan tentang Allah dengan lebih baik kepada orang lain. 
Kalau kita cermati, saat ini seiring pesatnya perkembangan teknologi di segala bidang, maka pendidikan semakin maju sehingga makin banyak orang yang terdidik dan lulus S1. Kemajuan pendidikan yang mendorong makin banyaknya golongan intelektual tersebut merupakan tantangan bagi GPdI. Bila kita ingin menjangkau golongan intelektual tersebut dan memenangkan mereka bagi Kristus maka GPdI harus mempunyai SDM yang berkompeten. Karena itulah MD GPdI Jatim dipimpin Pdt. Samu: el Jianto gencar melaksanakan program visioner yakni upgrading (peningkatan) pengetahuan para gembala. Selain itu, upgrading bisa dilakukan melalui Sekolah Tinggi Teologi binaan GPdI. MD GPdI Jatim di bawah pimpinan Pdt. Samuel Jianto menyadari pentingnya hal ini sehingga beliau mendukung keberadaan Sekolah Tinggi Teologi, termasuk STA Jember.


SEORANG VISIONER
Seorang visioner ialah orang yang mempunyai wawasan ke depan yang tajam, yaitu mampu membaca kondisi dan tuntutan pelayanan di masa depan, lalu melakukan tindakan yang diperlukan untuk menyiapkan dirinya atau organisasinya atau orang-orang yang dipimpinnya agar siap menghadapi masa depan tersebut. Rupanya, kondisi perkembangan pendidikan yang pesat dan tuntutan pelayanan yang makin kompleks sehingga pelayan Tuhan yang berpendidikan  tinggi makin lama makin dibutuhkan ini telah dilihat jauh-jauh hari oleh seorang visioner dari GPdI, yakni mendiang Pdt. Dr. EN. Soriton Ed.D., sehingga tahun 1985 beliau mendirikan lembaga pendidikan teologi (JBC) yang kini bernama STA Jember. 
Sebagai seorang visioner, beliau kukuh melaksanakan visi tersebut meski banjir tantangan selalu menerpa beliau dalam pendirian sekolah teologi ini. Untuk meneruskan visi tersebut, STA Jember (STAJ) yang saat ini dipimpin Pdt. Dr. Doni Heryanto terus menyiapkan diri menghadapi tantangan masa depan sehingga saat ini STAJ telah dinyatakan TERAKREDITASI BANPT. STAJ juga mendapatkan izin penyelenggaraan Magister Teologi (M.Th). Selain itu STAJ juga mendapat izin membuka Prodi baru yaitu Prodi PAK (S.Pak) untuk memenuhi kebutuhan akan guru agama Kristen di sekolah-sekolah.

Pada 27 Agustus lalu STAJ mengadakan wisuda Sarjana Teologi yang ke-32. Wisuda bertempat di GPdI Ekklesia yang digembalakan Ibu Pdt. Lies Soriton tersebut mengambil tema “Menjadi Murid Kristus Sejati.”Pendalaman tema ini disampaikan Pdt. Samuel Jianto dengan menguraikan Lukas 9:18-27.


CIRI-CIRI MURID SEJATI

1.    Memiliki Pengenalan yang Benar tentang Kristus (Luk. 9:18-21; Flp. 3:10)
Untuk mengenal Kristus tidak dalam waktu sekejap tapi butuh proses, sebab seperti yang dikatakan dalam Roma 10:1-3, banyak orang Kristen bahkan di kalangan GPdI sendiri yang menggebu-nggebu melayani Allah tetapi tanpa pengetahuan yang benar. Karena itu perlu belajar, menurut Om Sam, tidak ada orang yang terlalu tua untuk belajar, bagi beliau hanya kematian yang membuat orang berhenti belajar. Definisi murid ialah orang yang sedang belajar atau berusaha memperoleh ilmu dengan cara melatih diri dan bertindak sedemikian rupa. Kita menjadi murid Kristus sepanjang hidup kita dan bukan sesaat saja dalam hidup ini, itu artinya sebagai murid Kristus kita dituntut untuk berusaha belajar dan memperoleh ilmu secara terus-menerus sepanjang hidup kita.

2.    Memikul Salib Setiap Hari (Luk. 9:22-23)
Memikul salibnya setiap hari artinya mau menerima segala tanggung jawab dan penderitaan sebagai dampak menjadi murid Kristus. Salib adalah identitas seorang murid Kristus. Tanda seseorang murid Kristus ialah jika ia menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya dan mau hidup dipimpin Roh-Nya (Gal. 5:24-25), jika ia tidak mau menyalibkan hawa nafsunya maka hal itu juga tanda bahwa ia bukan murid sejati melainkan murid palsu.

3.    Prioritas Utama Hidupnya adalah Kristus (Luk. 9:24-25; Kis. 20:24)
Pada para wisudawan Om Sam menasihatkan bahwa Yesus adalah harga mati. Kita boleh kehilangan gelar, harta, cita-cita, keinginan, pasangan, kedudukan, jabatan, bahkan nyawa, asalkan jangan kehilangan prioritas pada Yesus, sebab memiliki segala-galanya tanpa Yesus tak ada gunanya. Jangan memberi prioritas pada gelar, harta benda, cita-cita, keinginan, dsb, tetapi prioritaskan Tuhan.


CIRI-CIRI MURID PALSU

1.    Duniawi (Luk. 9:23)
Pada waktu itu murid-murid Yesus tidak mengetahui bahwa Yesus akan mati di salib. Pikiran murid-murid masih duniawi, mereka berpikir menjadi murid Yesus berarti kesempatan untuk menjadi besar dan berkuasa (Luk. 22:24). Tapi melalui ayat ini Tuhan memperingatkan mereka agar menyadari harga menjadi murid-Nya, yaitu mempunyai motivasi pelayanan yang benar, tidak mengejar uang, keinginan, dan agenda-agenda pribadi.

2.    Malu/Tidak Mau Mengakui Yesus (Luk. 9:26)
Dalam pelayanan kita akan berhadapan dengan situasi dimana nyawa kita dan keluarga kita atau reputasi, nama baik, dan pekerjaan kita terancam karena kita menjadi murid Yesus. Murid palsu akan memilih menyelamatkan dirinya dan menyangkal Yesus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PENDAFTARAN S2

  Pendaftaran Mahasiswa Baru, Program Pascasarjana, Program Studi Magister Teologi (M.Th) STA Jember 👍🤝 Pendaftaran dibuka setiap waktu 📍...